Disebabkan jama’ah telah bertambah banyak, maka Sayyidina Umar membuatkan mimbar yang tinggi untuk Nabi agar jamah yang di belakang dapat melihat wajah Nabi yang menenangkan. Maka ketika Nabi menggunakannya untuk pertama kali, belum lagi Nabi berkata, terdengarlah suatu jeritan yang menyayat hati hingga membuat para shahabat ikut merasakan kesedihan si sumber jeritan. Maka Nabi turun untuk mencari sumber jeritan itu. Ternyata jeritan itu bersumber dari batang pohon kurma yang biasa Nabi gunakan untuk bersandar di kala menyampaikan pengajaran kepada para shahabat. Pohon kurma itu begitu sedihnya ketika Nabi tidak lagi bersandar kepadanya. Kerinduan dan kesedihannya diketahui oleh Allah, dan dengan izin-Nya, suara batang pohon kurma itu pun dapat di dengar oleh mereka yang hadir dalam majelis itu. Maka Nabi menawarkan kepada batang pohon kurma itu dua pilihan, tetap disandari oleh Nabi di dunia ini, atau ditumbuhkan kembali di istana Nabi di surga. Maka pohon kurma itu pun memilih untuk ditumbuhkan kembali di istana Nabi di surga, di mana saat itu tidak ada tumbuhan dunia yang ditumbuhkan kembali, kecuali batang pohon kurma itu. Setelah memilih demikian, maka pohon kurma itu pun mati dan dikubur di bawah kaki tangga pertama dari mimbar Nabi SAAW. Betapa besar ni’mat yang diperoleh pecinta Nabi Muhammad SAAW, dapat hidup bersama Sang Tuan manusia di surga. Tidakkah Anda ingin bersama beliau SAAW?
Sumber: Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa (pengasuh www.majelisrasulullah.org)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar